Senin, 15 Agustus 2011

Terima kasih untuk 2 tahun terakhir ini ..


Oke lanjutin blog saya sebelumnya, let me tell you again :)

Emang banyak yang nanya kok bisa2nya saya betah terus2an menjalin hubungan sama dia. Bukan apa2, saya itu orangnya kalau sudah suka sama satu orang, sebisa mungkin saya juga akan mempertahankannya. Walaupun kamu disakiti sekalipun? Yap, mungkin sedemikian rupa. Seberapapun dia menyakiti saya, menghina saya, mengata2i saya *nyindir tetangga sebelah*, saya akan tetap bertahan.
Ibarat rumah yang harus dibuat pondasinya, sebuah hubungan juga harus dibuat pondasinya biar kuat. Entah ada angin, hujan, atau badai sekalipun, yang penting bagaimana caranya saya mempertahankan pondasi itu dan tetap membangunnya hingga menjadi ‘rumah’ yang sebenarnya. *tumben omongan saya bener .
Ini juga yg membuat saya mempertahankan hubungan dengan sii eNDud alias cowok Nando  ini. Satu tahun pun berlalu. Masalah datang ketika Juli 2010 dia tiba2 minta putus via sms. Bener2 gak ada masalah apapun waktu itu. Kaget, bener2 kaget *sok lebay*. Waktu saya tanya apa masalahnya dan apa alasannya, ia tidak bisa menjawab. Katanya cukup dia yang tahu (dan Tuhan kalii ya, hehe).

Waktu saya minta ketemu, dia bilang dia udah di Metro,kota tempat kakaknya bekerja. Tapi entah kenapa saya punya prasangka lain saat itu. Firasat saya dia masih ada di kost, dia hanya tidak mau bertemu dengan saya. Nekatlah saya pun meluncur ke Lembang mendatangi tempat kost-nya. As like my feeling, dia masih ada di Palembang. Saya pun mendatanginya dan kami berbincang singkat.
Saat saya tanyakan lagi apa alasan yang membuatnya meminta mengakhiri hubungan ini, dia menangis tersedu2 di hadapan saya. Saya yg sudah kalut saat itu hanya bisa memeluknya. Saya bisa rasakan betapa tulus tangisannya dan betapa sedihnya ia. Ya, baru kali ini saya melihat orang yg saya sayangi dan yg biasanya membuat saya tersenyum justru sekarang menangis di pundak saya. Sambil berusaha menghentikan tangisnya, ia berkata, “Maafin enDud, Pit. Mami gak setuju kita pacaran. Mami minta eNdud kuliah dulu yg bener.”
JEDEERRR. Bagaikan terkena petir, saya pun terdiam tak bisa berkata2. Alasan yg membuat saya sangat sakit dan tidak bisa berbuat apa2. “Percuma jika saya ingin mempertahankannya, toh orang tuanya tidak setuju,” pikirku.

Sama halnya dengan Anna Maria yg harus berpisah dengan Gugun Gondrong karena orang tuanya. Meskipun mereka berdua mungkin masih saling menyayangi, terlihat saat sidang mereka menagis dan masih saling memperhatikan. Mereka tetap tidak bisa mengelak ketika mereka harus berpisah.
Kekecewaan dan kepasrahan ini pula yg harus kami alami kala itu. Demi pendidikan dan kelangsungan hidup pacar saya, saya tidak mungkin memaksa pacar saya itu untuk memilih saya ketimbang orang tuanya. Saya orang yang sangat menghargai keputusan orang tua. Apalagi saya tahu betul pacar saya itu masih ditopang oleh keluarganya yg ada di Sulawesi. Kalau kami tetap mempertahankan hubungan kami, justru pacar saya yg kena imbasnya. Apa mau dia tidak dikirimi uang, tidak bisa kuliah, tidak bisa bayar kos, tidak makan, kemudian mati *lebay sumpah* 

YA, SAYA KALAH. MENYERAH. KAMI PUTUS.

Singkat cerita kami pun kembali dekat dan menjalin hubungan lagi. Kalau beberapa waktu sebelumnya orang tuanya tidak setuju dgn hubungan kami, kali ini justru berbanding 180 derajat. Beberapa kali maminya menelpon saya, tetapi sengaja tidak saya angkat karena saya takut pada waktu itu. Saat saya konfimasi pada anaknya alias sii Nando ini menjawab, “Iya, Mami tu sengaja telpon Pit  tapi beberapa kali gak diangkat juga. Mami pengen ketemu Pit, mumpung ini dia lagi di Metro. Cipit mau kan ke Klaten ketemu Mami?”

Saya yg saat itu punya komitmen lain pun menolak ajakannya. Buat yg satu ini saya minta maaf, saya juga yg salah. Hehe.

Saya dan ortunya pun semakin dekat, walaupun memang belum pernah bertemu muka. Kami sering saling kontak, entah via telpon, sms, Orang tuanya sering kali menelepon saya hanya untuk memastikan kabar Nando baik2 saja, kuliahnya lancar, dll.

Hingga bulan Mei lalu, saya menemukan dia kembali bermain2 cewek lain di belakang saya. Cewek itu masih SMA dan baru saja lulus bulan Juni lalu. Kalau gak salah namanya Nanda. Agar gak salah paham, seperti biasa saya minta konfirmasi ke pacar saya. Tapi jawabannya sangat enteng, seenteng kapas yg diterbangkan angin.
“Maafin enDud ya Pit, cuma dia yg bisa nemenin enDud pas Pit gak ada,” ujarnya.
Saya yg saat itu memang baru pulang dari Bandar Lampung untuk beberapa bulan tinggal di sana, lagi2 memaklumi kenakalannya itu. Dan seperti biasa, dia merengek meminta saya kembali. Untunglah, tak berselang lama saya ketahui dia sudah putus dengan cewek bau kencur itu. Lanjutlah hubungan kami.

Seperti musang yg tidak bisa hidup kalau tidak melompat, dia juga sepertinya tidak bisa hidup kalau tidak melompati cewek2 alias bermain wanita. Ya, masalah kembali datang saat saya tahu ada seorang cewek yang sering kali komen di akun facebooknya. Oke, mungkin ini hal wajar. Tapi tak hanya satu atau dua kali dia komen seraya memberikan perhatian atau simpati. Saya curiga bukan karena cemburu yg terlalu, tetapi karena saya tahu tabiat pacar saya ini.

Hingga akhirnya tanduk saya pun mulai keluar karena si cewek bernama Dyan Stroberi (saya dan sahabat saya memanggilnya Stroberri busuk ) meninggalkan komen “Semangat yank. Wkwkwk.” (Tuh saya tebelin) “Yank??” pikir saya. Saya sempat marah, tapi tidak saya bahas sedikit pun karena akhirnya komen itu dihapus pacar saya ini.

Suatu hari saya kembali dibuatnya geram. Kala itu kami sedang bersama dan saya dapati beberapa sms dari cewek2. Tapi cukup 2 sms yg membuat saya kembali mengeluarkan tanduk.

#1 dari Nanda yg berbunyi, “Yaudah Pi tidur duluan gih, Mami belum ngantuk.”

#2 dari Dyan (sepertinya ini Dyand  yg sering komen itu bro, bukan sepertinya deng, tapi emang bener), “Yank, jo hubungin kau kenapa susah sekali?”
Sama seperti masalah2 yg lalu, saya tidak membahas masalah. Cukup saya batin saja dalam hati. Seolah belajar dari pengalaman Mbak Retno  yg benar2 membuat Kak Agung tobat dan kembali padanya, saya pun berharap demikian pada pacar saya ini. Berharap dia kembali pada saya dan menyadari bahwa sayalah yg menerimanya apapun keadaannya. Tapi harapan saya ini kembali salah, kepercayaanku selama ini disalahgunakan. Sifat dan tabiatnya tidak bisa benar2 berubah.

Masalah kembali datang saat terbukti dia membohongi saya, lagi dan lagi. Tepatnya 10 Juni 2011 malam lalu, kebetulan saya sedang mau pulang dan tidak ada transport. Saya pun menghubunginya, berharap bisa jemput. Saat itu dia bilang sedang belajar untuk ujian besok. Oke, saya pun percaya. Keesokan harinya pun saya ketahui ternyata semalam dia justru sedang pergi menemui cewek Kebidanan bernama Nanda  itu.  Ya, cewek ini adalah  cewek yg sering komen di facebooknya itu..

Dari sinilah kesabaran saya mulai menipis. Saya pun memutuskan hubungan dengannya. Tapi apa respon dia?? Seperti biasa, dia merengek2 tidak mau lepas dari saya. Buat yang tidak percaya, bisa saya buktikan dengan sms2nya yg masih saya simpan ketika dia gak mau lepas dari saya. Mulai dari sms yg bilang masih sayang, gak mau putus, sampai jadiin si Aiium itu sbg pelarian aja, masih saya simpan rapi di hp saya, tertanggal 15 Juni 2011.

Tak selang beberapa hari kami pun akur kembali. Walaupun dia baru saja pulang dari KKL-nya di Bali dan tidak memberi oleh2 apapun (malah memberi oleh2 kaos Joger ke selingkuhannya yg bernama Nanda itu) saya fine.
GAK MASALAH!!! Walaupun sedikit nggonduk pastinya.

Hingga akhirnya Senin 25 Juli 2011 lalu, Tuhan membukakan mata saya tepat sebelum bulan Ramadhan ini. Ya, seperti biasa dia datang pada saya ketika butuh. Saat itu saya ketahui bahwa ternyata si Nanda sedang Dinas di Klinik dan dia sendirian (mungkin lagi gak ada mainan cewek). Saat itulah entah kenapa saya ketus sama dia. Saya minta dia menghindar. Saya capek dibohongi, disakiti, dan diselingkuhi berkali2.

Berulang kali dia merengek, namun entah hati saya kali ini benar2 membeku. Sudah sakit sekali rasanya. Sebagai korban perselingkuhan, saya juga punya hati yg gak bisa terus-menerus memaafkannya. Walaupun jujur, sangat susah menghapus memori selama 2 tahun bersamanya.


Ya, saya masih ingat betul saat kita sama2 belum punya motor. Saya datang ke kostnya dari Plaju ke Lemabang dengan naik bis, lalu menunggu dia jemput di Caritas atau naik ojek menuju ke kostnya. Saya juga masih ingat yang kalau kita sama2 gak punya uang, saya bawakan dia bekal makanan dari rumah atau hanya bisa menikmati mie instan sambil nonton tipi berdua. Atau pas kalau dia sakit, langsung saya jenguk dan bawakan obat dari rumah.
 

Hm, I miss the old him so much. But it’s impossible now. Sekarang dia lebih suka bersenang2 mencari pelarian ke banyak cewek. Terlebih lagi sekarang dia sudah punya materi berlebih dibanding dulu ketika pertama kali saya mengenalnya.
SELAMAT!
I’m still respect with you, My Endud.
Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih untuk 2 tahun terakhir ini. & Terima kasih atas pengkhianatannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar