Minggu, 14 Agustus 2011

Mengapa ??

Sewaktu SMA, Pak Reynolds, guru bahasa Inggrisku memberikan pada setiap siswa suatu daftar gagasan atau pernyataan yang ditulis siswa lainnya. Ia lalu memberikan tugas menulis kreatif kepada mereka berdasarkan gagasan-gagasan itu.

Pada usia 17 tahun, aku mulai bertanya tentang banyak hal, maka aku pun memutuskan untuk menulis, “Saya heran mengapa semuanya ada seperti sekarang?”

Mala itu, aku menulis dalam bentuk sebuah cerita semua pertanyaan yang membingungkan diriku tentang kehidupan. Aku sadar banyak hal sulit  dijawab, dan berharap orang lain mampu menjawabnya. Ketika aku kembali ke kertas tugas, aku khawatir gagal mengerjakannya karena aku belum menjawab pertanyaan, “saya heran mengapa semuanya seperti apa adanya? Aku tak punya jawaban. Aku hanya memiliki daftar pertanyaan.
Hari berikutnya Pak Reynolds memanggilku ke depan kelas dan memintaku membacakan cerita yang kutulis. Dia sendiri duduk dibangku belakang. Seluruh kelas menjadi tenang ketika aku mulai membacakan ceritaku:
IBU, AYAH … MENGAPA?

Ibu, mengapa mawar berwarna merah? Sedangkan rumput berwarna hijau dan langit berwarna biru? Mengapa seekor laba-laba memiliki sarang seperti jaring dan bukan rumah? Ayah, mengapa saya tak dapat bermain dengan kotak peralatanmu? Guru, mengapa saya harus membaca?

Ibu, mengapa saya tak boleh memakai lipstik? Ayah, mengapa saya tak boleh begadang di luar rumah sampai latur malam? Anak-anak lai boleh. Ibu mengapa kamu membenci saya? Ayah mengapa anak-anak lelaki tidak menyukai saya? Mengapa saya begitu kurus kerempeng? Mengapa saya harus memakai pengikat gigi dan memakai kacamata? Mengapa saya harus berumur 16?

Ibu, mengapa saya mesti lulus? Ayah, mengapa saya harus menjadi dewasa? Ibu, Ayah mengapa saya harus pergi?

Ibu, mengapa kamu tidak lebih sering menulis surat? Ayah, menapa saya merindukan sobat-sobat lama saya? Ayah, mengapa kamu begitu mencntai saya? Ayah, mengapa kamu memanjakan saya? Gadis kecilmu sudah menjadi dewasa. Ibu, mengapa kau tidak datang berkunjung? Ibu, mengapa saya susah mendapatkan teman-teman baru?Ayah, mengapa saya rindu berada di rumah?

Ayah, mengapa jantung saya berhenti berdetak ketika cowok itu melihat ke mata saya? Ibu, mengapa kaki saya bergetar ketika saya mendengar suaranya? Ibu, mengapa perasaan jatuh cinta merupakan perasaan terhebat di dunia?

Ayah, mengapa ayah tak mau dipanggil “kek”? Ibu mengapa jari-jari kecil bayi saya begitu erat memegang saya?

Ibu, mengapa mereka harus menjadi besar? Ayah, mengapa mereka harus pergi? Mengapa saya harus dipanggil “nek”?

Ibu, Ayah, mengapa kau meninggalkan saya? Saya membutuh kan kalian.

Mengapa masa muda saya meninggalkan saya? Mengapa wajah saya selalau tersenyum kepada teman atau orang asing? Mengapa rambut saya mulai bersinar keputihan? Mengapa tangan saya bergetar ketika memetik sekuntum bunga?

Tuhan, mengapa mawar-mawar itu merah?

Pada kesimpulan ceritaku, mataku bertemu dengan mata pak Reynolds dan aku melihat sebutir air mata pelan-pelan mengalir di pipinya. Saat itulah aku sadar bahwa hidup ini tidak selalu didasarkan pada jawaban-jawaban yang kita terima, tetapi juga pada pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar